Rabu, Mei 27, 2009

SeJaRaH pH0tOgRapyY

Sejarah fotografi yang berawal dari digunakannya pelat fotografi yang terbuat dari gelas. Selanjutnya digunakan gelatin, yang diikuti dengan ditemukannya film hitam putih hingga berwarna. Dasar dari terbentuknya objek fotografis adalah terjadinya proses fokus sinar pada area sensitif. Hingga kini, proses tersebut masih menjadi dasar dalam dunia fotografi pada umumnya. Area sensitif tersebut kemudian diproses menggunakan bahan-bahan kimia untuk menghasilkan bentukan objek, baik gambar negative maupun positif.


Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani, yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Sementara itu , kata kamera berasal dari bahasa Latin yaitu Camera Obscura yang berarti kamar gelap atau “dark room”. Camera Obscura justru telah ditemukan beratus-ratus tahun sebelum fotografi dikenal seperti saat ini. Prinsip kuno kamar gelap yang menjadi dasar fotografi modern saat ini. Sinar akan masuk kedalam kamar gelap melalui lubang kecil sehingga akhirnya akan membentuk objek dari luar kamar gelap menjadi bayangan objek yang terbalik di dinding kamar gelap. Diyakini bahwa prinsip itu ditemukan pada saat pemerintahan Aristoteles pada tahun 384 SM – 322 SM, dan kemudian ditulis ulang oleh Leonardo DaVinci (1452-1519).
Pada abad ke-16, perbaikan dilakukan pada system kamar gelap dan lubang pin-hole kamera. System itu menghasilkan gambar yang terlalu gelap sehingga ditambahkan lensa optis untuk meningkatkan kecerahan gambar. Prinsip kamera dengan penamabahan lensa optis tersebut telah dibuat di Inggris pada tahun 1770 dengan ukuran kotak 6 cm x 6 cm. Tipe kamera itulah yang mendasar terbentuknya system kamera SLR dengan menempatkan beberapa cermin untuk menghasilkan gambar yang semakin baik. Tambahan bebrapa cermin pada kamera menghasilkan gambar yang tidak terbalik.
Beberapa system mekanis ditambahkan disertai dengan perbaikan posisi lensa sehingga gambar bisa menjadi lebih terang dan lebih fokus. System Camera Obscura tersebut semakin berkembang dan ditempatkannya beberapa lensa pada posisi tertentu sehingga kecerahan gambar dapat terbentuk secara sempurna. Perkembangan awal fotografi berjalan seiring dengan ditemukannya beberapa fungsi baru yang diterapkan pada kamera, seperti teknik-teknik mekanis dan kimiawi untuk menghasilkan rekaman objek.
ERA PENEMUAN FILM
Setelah konsep fotografi dan lensa ditemukan, permasalahan yang timbul adalah mencari media yang mampu merekam cahaya objek. Teknik pertama yang dikenal dalam dunia fotografi aalah teknik temuan dari Frenchman Joseph Nicehore (1765-1833). Teknik tersebut dinamakan teknik Heliography, yang berarti melukis dengan cahaya matahari. Teknik temuan itu merupakan teknik revolusioner dalam bidang perekaman gambar.

Dibutuhkan cahaya matahari sebagai sumber sinarnya untuk melakukan proses cetak. Proses dalam teknik tersebut juga memakan waktu yang sangat lama, yakni 8 jam penyiaran dengan lensa f/17. Meskipun demikian, objek yang dihasilkan masih tetap kurang sempurna. Proses tersebut sangat tidak praktis sehingga penggunaannya kurang begitu populer pada waktu itu.
Teknik perekaman objek fotografi semakin berkembang dengan ditemukannya plate perak oleh Jacques Mande Daguere (1787-1851).
Sensitivitas teknik itu lebih baik bila dibandingkan dengan teknik lama karena hanya diperlukan waktu 30 menit untuk melakukan developing gambar. Oleh French Academy of Science, teknik itu diberi nama “Daguerreo-Type”. Kamera dengan teknik tersebut mampu menghasilkan gambar
yang cukup baik sehingga kemudian diproduksi secara komersial pada tahun 1939.
Selain itu, kamera tersebut juga menghasilkan gambar yang sukup besar, yaitu 16,5x21 cm. Teknik Film-Base pada dunia fotografi diawali dengan temuan Hurter dan Driffield, para ilmuwan yang mempelajari cahaya dan densitasnya pada tahun 1876, serta ditemukannya bahan emulsi yang peka tehadap cahaya. Bahan emulsi tersebut merupakan tahap awal dari pengembangan film hitam-putih (film negatif).
Film negatif ialah terbentuknya gambar fotografis melalui tahap pemprosesan film negative terlebih dahulu. Untuk itu, diperlukan penyinaran lebih lanjut untuk menyaring sinar melalui film negatif tersebut, yang kemudian mengenai lapisan kertas film positif. Melalui proses kimia tertentu, gambar positif akan terbentuk. Proses ini disebut proses mencetak foto.
Sejarah fotografi tidak akan terlepas dari sosok George Eastman yang mendirikan peusahaan pelat fotografis di Rochester NewYork. Pada tahun 1880, Eastman menghasilkan gambar Half-tone pertama yang ditampilkan di Koran New York Graphic. George Eastman pulalah yang mengembangkan film fotografis yang diperkenalkan pada tahun 1884. Usaha keras tersebut membutuhkana waktu 4 tahun hingga kemudian menjadi sebuah tonggak atas dimulainya sejarah fotografi, fdengan kemunculan kamera berfilm pertama yang sangat terkenal, yakni kamera Brownie.

Keterkenalan kamera itu disebabkan oleh konsep film-base yang ditawarkan. Konsep tersebut merupakan jawaban dari masalah rumitnya proses kimia film pada waktu itu. Pengguna kamera tersebut tidak perlu lagi melakukan proses perekaman objek kedalam sebuah film terlebih dahulu, dimana gambarnya dapat dicetak kapanpun pengguna menginginkannya. Proses tersebut menjadi dasar baru dalam proses cetak film.

ERA FOTOGRAFI INSTAN

Penemu dan pencipta kamera instan adalah seorang ilmuwan bernama Edward Herbert Land, yang tercatat dalam Guinnes Book of World Records sebagai ilmuwan terkaya. Land adalah penemu filter yang dapat digunakan untuk menangkap polarisasi pada sinar. Pada tahun 1932, Land membangun labotarium bersama Wheelwright, seorang instruktur fisika di Harvard, yang kemudian bersama-sama mengembangkan dan mengomersialkan teknologi polarisasi. Setelah sukses mengembangkan teknologi lensa filter polarisasi pada kaca dan kamera, Land kemudian mengembangkan bisnisnya menjadi Polaroid Corporation pada tahun 1937.

Land mengembangkan teknologi polarosasinya dengan trademark Polaroid.
Ide penemuan kamera dan film instan oleh Land tersebut terjadi secara tidak sengaja saat Land bertamasya ke New Mexico,dan pada saat itu land ingin sekali melihat foto anaknya yang sudah merengek-rengek karena pengen melihat hasilnya juga. Pada saat itulah sebuah inspirasi yang menyebabkan land terobsesi untuk membuat system kamera instan, dan terciptakanlah kamera dan film instan pada tanggal 21 februari 1947 yang disebut land kamera. Kamera instan masih menggunakan gulungan atau rol
.

Pada model yang terbaru, filmnya sudah berupa kotak-kotak pack yang memerlukan pengelupasan lapisan penutup agar bias mendapatkan gambar yang telah di capture. Kamera Polaroid yang terkenal adalah jenis SX-70, yang menyertakan film dengan 10 jenis percahayaan secara integral. Kotak film dalam bentuk pack tersebut berisi larutan kimia yang digunakan untuk mengembangkan atau develop gambar dikertas yang menjadi dasarnya.
Kertas film foto instan akan melakukan prosses develop secara otomatis pada saat film keluar dari badan kamera. Objek akan terlihat pada kertas film instan itu. Oleh karena itu model kamera tersebutbegitu popular, beberapa produsen film terkenal lain, seperti fuji dan Kodak juga ingin memproduksi film instan.

Sabtu, Mei 23, 2009

PENGERTIAN DAN ETIKA IKLAN


Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kurang lebih adalah 'menggiring orang pada gagasan'. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah "semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu..."

Secara umum, iklan berwujud penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dijalankan dengan kompensasi biaya tertentu. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
Karena itulah para ahli periklanan sepakat untuk membuat dan menetapkan batasan dan etika beriklan agar tidak merugikan konsumen/masyarakat hal itu dimaksudkan disamping untuk menjaga etika beriklan juga menjaga stabilitas masyarakat agar tidak rusak akibat dampak iklan yang berlebihan. Karena bagaimanapun, kampanye dan promosi gagasan atau individu pada Pemilu/Pilkada/Pendidikan adalah juga kegiatan periklanan, sehingga ia sudah seharusnya tunduk pula kepada etika periklanan.
Dan salah satu yang perlu diingat bahwa satu landasan utama dalam penyelenggaraan periklanan adalah kenyataan sekaligus kemampuannya untuk mengidentifikasi produk-produk yang sah atau resmi, dan sudah tersedia (terbukti) di pasar atau di tengah masyarakat. Memayungi semua jenis periklanan baik politik maupun Pendidikan dalam naungan etika periklanan umum akan membuat gagasan kebijakan publik atau ketokohan seseorang dan nama baik lembaga menjadi benar-benar memiliki legitimasi sebagai produk-produk yang layak dipasarkan.
Hal itu berdasarkan fakta bahwa tidak semua produk yang beriklan dapat mencapai sukses seperti yang diharapkan oleh pengiklannya. Kampanye periklanan yang keliru justru kian menghancurkan produk tersebut. Ini berarti ada risiko yang harus juga selalu diperhitungkan oleh pengiklan periklanan Produk/Pemilu/Pilkada/Pendidikan, Sehingga mereka dapat lebih jujur dan berhati-hati dalam mengemukakan janji-janjinya. Karena janji-janji pada pesan periklanan Produk/Pemilu/Pilkada/Pendidikan, di kemudian hari, akan dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam menilai kinerja pihak yang berkepentingan tersebut.

SEJARAH IKLAN

Pada masa Yunani kuno, praktikan periklanan lisan masih banyak dilakukan para penjaja barang (salesman) yang berteriak keliling kota. Menurut Jack Angel (1980), praktek periklanan semacam ini mendapat tempat karena kebnaykan masyarakat (sekalipun kelas atas) banyak yang tidak mampu baca tulis. Mereka akan lebih mengerti simbol-simbol visual bukan tertulis dan komunikasi verbal.

Dikota Athena misalnya, para penjaja terebut menawarkan produk kosmetik merk Aesclyptos yang saat ini sangat terkenal. Dalam menawarkan kosmetiknya, para penjual mengkomunikasikannya melalui nyanyian semacam puisi.
Bentuk nyanyian itu mereka gunakan untuk lebih memikat calon konsumen.
Salah satu syair dari puisi yang disampaikan tsb sebagaimana ditulis o/ Dunn (Dunn & Barbant, 1978)

Syair lagunya ia temand2...

"For eyes that are shining, for cheeks like the down,


for beauty that last after girl hood is gone,


for princes in reason, the woman who knows,


will buy her cosmetics of Aesclyptos."

artinya io :

"Demi mata berisinar, demi pipi bagaikan fajar,


demi kecantikan yang hanya akan sirna, sesudah masa remaja itu purna,


demi harga sebagai alasannya, kau wanita yang mengerti,


akan membeli kosmetik Aesclyptos."

Ketika manusia mengenal tulisan, praktek beriklan sebagaimana era sekarang baru mulai dilakukan. Pada jaman ini, bentuk iklan sudah bergerak maju, yaitu menggunakan sarana media tulis. Saat itu media, iklan yang paling banyak digunakan adalah media yang disediakan oleh alam, seperti batu, tanah liat, daun papyrus, kulit binatang, dll. Sekalipun sudah mengenal tulisan, namun kegiatan beriklan yang disampaikan melalui komunikasi lisan tidak serta merta berhenti. Penyampaian pesan iklan melalui komunikasi lisan terus dilakukan .

Ketika papyrus digunakan sebagai kertas tulis, media ini juga dipakai untuk menulis pesan2 iklan. Dari penggalian atas reruntuhan kota Herrculaneum dan kota tua Pompay dekat Roma, ditemukan adanya iklan "lost and found" (cari dan temukan) yang ditulis diatas papyrus. Iklan2 yg ditempelkan di dinding2 kota tsb berisikan informasi budak2 yg melarikan diri. Selain i2 iklan ini memuat pesan tntg pertarungan para gladiator. Papyrus ditulis dengan menggunakan pena yg terbuat dari alang2. Iklan yg sama jg byk dijumpai di Yunani.

Menurut Wright, 1978 sebagaimana dikutip o/ Alo Liliweri, 1992 perkembangan iklan cetak sebagaiman dikenal sekarang ini (paling tidak sbg sebuah konsep dasar), sudah dilakukan mulai jaman Mesopotamia n Babilonia yg terjadi krg lbh pd thn 3000SM. Pada saat i2 iklan menggunakan logo, tanda, n simbol2 visual sbg wahana periklanan yg di tempelkan pd produk2 yg di perdagangkan. Simbol2 tsb digunakan u/ menandai ciri khas produk mereka dgn produk yg laen, skaligus sbg penanda keunggulan produk tsb.
Pada tahun 1275, Cina merupakan bangsa pertama yg menemukan kertas. Melalui media ini, manusia tidak lagi menggunakan kulit binatang, dedaunan, batu, dll u/ menuliskan pesan iklannya.

Rabu, Mei 20, 2009

IMPLEMENTASI DIPLOMASI

Sukses dalam diplomasi dipengaruhi oleh keterampilan para diplomat untuk mengetahui lingkungan wilayah kerjanya seperti, sifat, martabat, cita-cita dan perjuangan rakyat negara-negara dimana ia ditugaskan, situasi politik, ekonomi, sosial-budaya, dan keamanan negara itu serta struktur, kekuatan dan kelemahan dari pemerintah setempat. Selanjutnya, seorang diplomat perlu mengetahui faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam hubungan antar negaranya dan negara setempat dan seterusnya menemukan titik-titik persamaan atau perbedaan antara dua negara.



Diplomasi akan berhasil baik, apabila pelaksanaan-pelaksanaan dijiwai oleh mental patriotisme yang kuat, loyalitas yang besar terhadap Pemerintah, Bangsa dan Negara dan kesadaran serta keyakinan yang mendalam tentang kebenaran politik Pemerintahnya. Diplomasi ialah jalan atau sarana untuk mencapai maksud dan tuuan yang kita inginkan dan pada hakikatnya diplomasi berusaha menyakinkan pihak lain.


Beberapa contoh kasus-kasus diplomasi antar Negara :
Setelah putusnya hubungan Uni Indonesia Belanda ditahun 1952, maka Indonesia berusaha mencapai pengembalian Provinsi Irian ke dalam Republik Indonesia. Sepuluh tahun lamanya Indonesia menjalankan diplomasi baik secara bilateral, maupun secara multilateral di dalam badan-badan internasional, tetapi Belanda tetap bersikeras kepala. Setelah usaha yang dilakukan dengan penuh kesabaran, dan ketekunan ini tidak membawa hasil, maka tidak ada jalan lain kecuali menggunakan operasi militer. Penengahan pihak ketiga berhasil menyelesaikan pertikaian bersenjata dan akhirnya kembali melalui proses diplomasi, Irian masuk kedalam kekuasaan Republik Indonesia.



Dimasa perang mempertahankan kemerdekaan, perundingan antara Indonesia dengan Belanda tidak dapat berjalan untuk menyelesaikan masalah kedaulatan atas tanah air kita. Belanda menganggap Indonesia masih sebagai jajahannya dan kita bertetapan hati bahwa kita sudah merdeka dengan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Belanda hanya mau memperlakukan Republik Indonesia sebagai organisasi kekuasaan de-facto, disamping adanya organisasi lain yang dinamakan Bijzonder Federal Overlag (BFO) yaitu Federal dari Negara-negara Bagian di Indonesia yang didirikan oleh Belanda.



Dengan perantara yang disebut Komisi Tiga Negara, yang terdiri dari Wakil-wakil Amerika Serikat (mewakili kepentingan Indonesia) dan Belgia (mewakili kepentingan Belanda) pertikaian antara Indonesia dan Belanda ditengahi, yang menyebabkan terlaksananya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada 1949. KMB berakhir pada 27 Desember 1949 dengan tercapainya pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia, tetapi dengan syarat-syarat bahwa Negara Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).


Putusan lain ialah bahwa antara RIS dan Kerajaan Belanda dibentuk suatu Uni, semacam persekutuan antara dua Negara dengan derajat yang sama, yang diketuai waktu itu oleh Ratu Belanda dan putusan satunya lagi ialah bahwa pengembalian Irian Barat kepada Indonesia ditangguhkan untuk 2 tahun. RIS pada akhirnya dibubarkan karena kehendak rakyat Indonesia pada 17 Agustus 1950 dan menjadi Republik Indonesia kembali sebagai Negara kesatuan dengan konstitusi baru menggantikan konstitusi RIS.

PENGERTIAN DIPLOMASI

Diplomasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “diploun” yang berarti “melipat”. Menurut Nichoison, “Pada masa kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada piringan logam dobel, dilipat, dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas. Surat jalan logam ini disebut “diplomas”. Selanjutnya kata ini berkembang dan mencakup pula dokumen-dokumen resmi yang bukan logam, khususnya yang memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjian dengan suku bangsa asing di luar bangsa Romawi. Karena perjanjian-perjanjian ini semakin menumpuk, arsip kekaisaran menjadi beban dengan dokumen-dokumen kecil yang tak terhitung jumlahnya yang dilipat dan diberikan dalam cara khusus.

Oleh karena itu dirasa perlu untuk mempekerjakan seseorang yang terlatih untuk mengindeks, menguraikan, memeliharanya. Menurut Earnest Satow, Burke memakai kata “diplomasi” untuk menunjukkan keahlian atau keberhasilan dalam melakukan hubungan internasional dan perundingan di tahun 1796. Ia juga mengatakan “lembaga diplomatik” pada tahun yang sama. Contoh paling awal dari penggunaan kata “jasa diplomatik” yang menunjukkan cabang pelayanan Negara yang menyediakan personil-personil misi tetap di luar negeri dijumpai dalam Annual Register tahun 1737.


The Oxford English Dictionary memberi konotasi sebagai berikut, manajemen hubungan internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil; bisnis atau seni para diplomat. Menurut The Hamber’s Twentieth Century Dictionary, diplomasi adalah seni berunding, khususnya tentang perjanjian diantara negara-negara; keahlian politik. Disini, yang pertama menekankan pada kegiatannya, sedangkan yang kedua meletakkan penekanan pada seni berundingnya.

Menurut Sir Earnest Satow, dalam bukunya Guide to Diplomatic Practice memberikan karakterisasi diplomasi yang bagus meskipun tidak jelas dan kurang akurat. Ia mengatakan diplomasi adalah “the application of intelligence and tact to conduct of official relation betweenthe government of independent states.” (penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungna resmi antara pemerintah negara-negara berdaulat).


Harold Nicholson menganjurkan untuk menggunakan pengertian diplomasi dalam Kamus Inggris Oxford. Praktik diplomasi dapat dibentangkan sebagai “penyelenggaraan bisnis internasional para diplomat “ atau “seni yang diselenggarakan seorang diplomat”. Diplomasi dikatakan seni, karena ia adalah usaha untuk membuat orang lain menerima jalan pikiran kita.

Menurut KM Panikkar dalam bukunya The Principal and Practice of Diplomacy mengatakan diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Menurut Svarlien telah mendefinisikan diplomasi sebagai seni dan ilmu perwakilan negara dan perundingan. Menurut Ivo D. Duchacek berpendapat diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.

Dari beberapa definisi tersebut, diplomasi ialah :
1. Unsur pokok diplomasi adalah negosiasi.
2. Negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan negara.
3. Tindakan-tindakan diambil untuk menjaga dan memajukan kepentingan nasional sejauh mungkin bisa dilaksanakan dengan sarana damai.
4. Suatu teknik-teknik diplomasi yang sering dipakai untuk menyiapkan perang dan bukan untuk menghasilkan perdamaian.
5. Diplomasi dihubungkan erat dengan tujua politik luar negeri.
6. Diplomasi modern dihubungkan erat dengan system negara.
7. Diplomasi tak bisa dipisahkan dari perwakilan negara.


Jadi, diplomasi, yang sangat erat dihubungkan dengan hubungan antar negara adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, diplomasi mengijinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuannya.

IMPLEMENTASI LOBI

Lobi memiliki beberapa karakteristik yaitu bersifat informal dalam berbagai bentuk, pelakunya juga beragam, dapat melibatkan pihak ketiga sebagai perantara, tempat dan waktu fleksibel dengan pendekatan satu arah oleh pelobi. Ada beberapa cara untuk melakukan lobi baik yang legal maupun ilegal, secara terbuka maupun tertutup/rahasia, secara langsung ataupun tidak langsung.


Sebagai contoh: upaya penyuapan dapat dikategorikan sebagai lobi secara langsung, tertutup dan ilegal. Lobi semacam ini jelas melanggar hukum, namun karena bersifat tertutup/rahasia, agak sulit untuk membuktikannya (contoh: kasus-kasus lobi pemenangan tender dengan pendekatan gula-gula/wanita, seperti yang sering diberitakan diberbagai mass media).


Beberapa kasus pertentangan yang dimulai dari perbedaan kepentingan sampai pada pertentangan politik tingkat lokal, nasional dan internasional dapat diselesaikan melalui lobi atau negosiasi, baik secara kooperatif maupun kompetitif diantaranya adalah:

Kasus Pilkada Pada tahun 2000, sekitar bulan April di salah satu kabupaten di Pulau Sumatera melangsungkan pesta demokrasi, yaitu pemilihan Bupati/Wakil Bupati daerah setempat (belum pemilihan langsung).
Lobi-lobi dan negosiasi antara para calon dengan partai politik sebagai perahu tumpangan dan para anggota DPRD sebagai pemilik suara (one man and one vote) berlangsung dahsyat. Berbagai pendekatan dilakukan, mulai dari lobi-lobi ringan dengan memberikan bingkisan lebaran kepada para anggota Dewan, sampai dengan perundingan-perundingan yang berat, seperti: money politic yang bervariasi; one man two hundred; one man one car; pilih kuda atau kijang (di teror atau menerima hadiah mobil kijang).
Bentuk/model pendekatan manapun yang dipakai oleh para Tim Sukses dari masing-masing calon, semuanya kembali kepada kemampuan berkomunikasi yang komunikabilitas. Hanya saja teknik yang digunakan ada yang bersifat kooperatif dan ada pula yang kompetitif yaitu dengan menghalalkan segala cara, pokoknya menang (terpilih menjadi Bupati/Wakil Bupati). Pada akhirnya calon yang kurang efektif dalam lobi-melobi dan bernegosiasi akan tersingkir, walaupun oleh masyarakat calon yang menang bukanlah calon yang tepat dan tidak berbobot atau tidak pantas untuk memimpin daerah. Tetapi kalau sudah terpilih oleh anggota Dewan Yang Terhormat (sekarang pemilihan langsung) mau apa lagi, kalau yang terpilih berkualitas sampah, kepemimpinannya juga seperti sampah.

Kasus-kasus Pemberontakan Dalam Negeri Sepanjang sejarah telah beberapa kali terjadi pemberontakan yang bertujuan ingin melepaskan diri dari NKRI dan merdeka (mendirikan negara sendiri), seperti: RMS di Maluku; Permesta di Sulawesi Utara; PRRI di Sumatera Barat; GAM di Aceh, dan OPM di Papua. Selain itu ada pula pemberontakan yang bertujuan mengganti ideologi Pancasila (DI/TII dan G.30.S/PKI).
Namun mengapa perbedaan dan pertentangan yang melahirkan pemberontakan dapat terjadi, jawabannya boleh jadi karena kegagalan lobi dan negosiasi. Walaupun peristiwa pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dengan senjata dalam arti penyelesaiannya menggunakan pendekatan menang-kalah (kompetitif).
Sebagai contoh, bahwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM) setelah beberapa tahun dilakukan penumpasan dengan angkat senjata oleh TNI/Polri namun tidak tuntas, kemudian dilakukan lobi-lobi dan perundingan/negosiasi yang pada akhirnya menghasilkan persetujuan yang saling menguntungkan (menang-menang) melalui suatu pendekatan kooperatif.


Jadi, peran lobi sangat penting agar tidak terjadi konflik berkepanjangan.
Agar lobi berhasil, diperlukan pihak ketiga yang dapat dipercaya dan membantu untuk menyelesaikan konflik yang telah terjadi. Pihak ketiga ini akan masuk kesalah satu pihak dan mencoba melakukan pendekatan persuasif atau dengan cara kekeluargaan agar diperoleh informasi yang akurat mengenai masalah yang menjadi pertikaian. Pihak ketiga akan menawarkan solusi kreatif pada masing-masing pihak. Jika solusi kreatif diterima oleh satu pihak, maka pihak lain juga harus diberitahu agar dicapai kesesuaian solusi. Pihak ketiga bukan sebagai penengah, tetapi sebagai penghubung dari pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga bertugas untuk merumuskan permasalahan dan mencari solusi kreatif dalam rangka pemecahan masalah.

PENGERTIAN LOBI.....!!

Diluar negosiasi, ada aktivitas lain dari kedua belah pihak untuk saling mempengaruhi. Tujuan aktivitas ini adalah agar satu pihak terpengaruh dan mau menerima apa yang menjadi keinginan pihak lain. Aktivitas ini dikenal dengan istilah lobbying. Lobbying merupakan bagian dari proses negosiasi yang tidak terpisahkan. Karena, untuk mencapai hasil kesepakatan dalam negosiasi, me-lobby ini ternyata lebih efektif.

Secara umum, istilah lobi mempunyai dua pengertian, yaitu ruang tunggu di gedung atau umum, dan kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota perlemen. Jadi, istilah lobbying secara umum ialah suatu kegiatan dari anggota parlemen untuk mempengaruhi pembuat undang-undang. Dengan kata lain, lobbying yang dilakukan adalah merupaka suatu langkah awal dalam proses menuju negosiasi.

Pengertian Lobi menurut kamus Webster, Lobby atau Lobbying berarti melakukan aktivitas yang bertujuan mempengaruhi pegawai umum dan khususnya anggota legislatif dalam pembuatan peraturan. Sedangkan Lobbyist ialah orang yang mencoba mempengaruhi pembuat undang-undang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, melobi ialah melakukan pendekatan secara tidak resmi, sedangkan pelobian adalah bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau pimpinan politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang. Dalam tulisan ini istilah lobby atau Lobbying di Indonesia-kan menjadi Lobi, sedangkan istilah lobbyist di Indonesia-kan menjadi Pelobi, yaitu orang yang melakukan Lobi.

Definisi Lobi dapat disusun sebagai suatu upaya pendekatan yang dilakukan oleh satu pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk memperoleh dukungan dari pihak lain yang dianggap memiliki pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai.


Ada 3 jenis lobi, yaitu sebagai berikut :
Lobi tradisional, yang menggunakan pelobi untuk mendekati pengambil keputusan.
Lobi akar rumput, yang menggunakan masyarakat untuk mempengaruhi pengambil keputusan.
Lobi Political Action Committee, yakni komite yang dibentuk perusahaan-perusahaan besar agar wakilnya dapat duduk di parlemen atau pemerintah